2 Seandainya Saya Menjadi Anggota DPD RI

Tulisan ini saya angkat atas kasus teman saya yang sama-sama berprofesi sebagai Pustakawan sekolah di kota Yogyakarta. Pada suatu hari ada seorang siswa yang ditugaskan gurunya untuk mewawancarai teman saya dengan pertanyaan-pertanyaan yang telah disipkan guru tersebut.

Beberapa pertanyaan memang menyangkut kegiatan perpustakaan, namun tiba-tiba ada pertanyaan yang menyangkut pribadi : "bukankah pustakawan itu uangnya kecil?"

Kita tahu, keberadaan pustakawan hampir mirip dengan guru (terutama yang berkedudukan sebagai PTT dan GTT), contoh saja keberadaannya di kota-kota kecil di Indonesia, rata-rata honor yang diterima tidak lebih dari 200.000 bahkan kurang dari itu. Kalau kita lihat secara detile, besarnya honor yang diterima jika dihitung untuk kebutuhan transportasi saja hampir tidak seimbang.

Perpustakaan merupakan jantung dari sebuah lembaga baik lembaga pemerintah maupun swasta. Keberadaannya memanglah sangat membantu masyarakatnya. Tidak bisa dipungkiri, keberadaan perpustakaan disana-sini sangat disambut antusias warganya. Namun ironis, keberadaan perpustakaan dan pustakawan sampai saat ini kurang diperhatikan, meskipun dana pendidikan sebanyak 20% digulirkan untuk pendidikan.

Dari kasus ini, jika saya Anggota DPD RI, maka saya akan menambahkan bidang khusus perpustakaan dibawah naungan DPD RI secara langsung, bidang perpustakaan ini membawahi semua perpustakaan didaerah, mulai dari Perpustakaan Perguruan Tinggi, Perpustakaan Wilayah, Perpustakaan Kota, Perpustakaan Desa, Perpustakaan sekolah, perpustakaan komunitas dan perpustakaan lainnya.

Bidang perpustakaan ini tentunya memiliki dana khusus, sehingga proses penanganan perpustakaan, termasuk pustakawannya merasa nyaman dan merasa lebih dimanusiakan.

Melalui bidang perpustakaan ini, tentunya banyak manfaat yang bisa diambil, diantanya membantu bidang pendidikan untuk mempromosikan gemar dan budaya membaca, khususnya untuk daerah-daerah yang masih kurang mendapatkan perhatian  pendidikan.