Perpustakaan itu bernama perpustakaan Komunitas

.
.
Perpustakaan sekolah komunitas (red: sekom) merupakan perpustakaan yang berdiri atas bantuan NGO di lokal kebumen, perpustakaan ini berjalan atas dasar keprihatinan terhadap anak-anak yang notabenenya hanya sebatas sekolah dan main yang mungkin dibiulang kurang bermakna. Berdirinya perpustakaan ini sangat disambut antusias oleh warga sekitar. Karena lokasi yang sangat minim akhirnya dijadikan menjadi dua lokasi, yakni di sebuah Musholla dan rumah Bapak Rw, namun masih dalam satu pedukuhan, yakni dukuh gandu Rt.04/IV dDesa Tanjungsari, Kec. Petanahan Kab. Kebumen jawa tengah.
Perpustakaan sekolah komunitas merupakan upaya penyelamatan anak-anak dari arus tekhnologi yang semakin cepat sekali, minimal bisa mengurangi anak-anak dengan membaca diperpustakaan tersebut.
Sesekali penulis mengunjungi perpustakaan tersebut, memang koleksinya masih sangat minim, di rumah Bpk. RW hanya dikhususkan untuk koleksi anak-anak, sedang di Musholla terdapat koleksi anak-anak dan sebagian besar koleksi untuk orang tua/dewasa (pertanian, perkebunan dll).
Sangat menarik untuk dikunjungi perpustakaan ini, bagaimana tidak, perpustakaan yang sangat sederhana ini ternyata cara penglolaannya tidak kalah dengan perpustakaan yang sudah sesuai standar (minimal katalogisasi) meski belum ada komputer.
perpustakaan yang ada berjalan apa adanya dengan petugas bersama-sama, artinya koleksi yang ada benar-benar dijaga dan dirawat bersama tanpa ada yang mengkoordinir langsung (pustakawan) oleh karena itu perpustakaan tersebut sistem peminjamannya hanya dengan sistem kepercayaan, memilih-mencatat peminjaman-dibawa pulang-dikembalikan sendiri.
Tidak jauh berbeda dengan perpustakaan pada umumnya, perpustakaan ini memiliki fasilitas yang cukup memadai, seperti halnya mading yang sangat berguna untuk menempelkan kreasi yang mereka tulis setelah membaca beberapa koleksi.
beberapa kreasi yang penulis lihat adalah berupa resum dari buku cerita goa jatijajar, dan sebagian pula diketemukan tulisan cita-cita anak yang aktif keperpustakan tersebut, diantaranya banyak yang bercita-cita menjadi guru, Tukang nglambar (membuat caping=produksi rumah tangga didusun tersebut), dokter, bahkan tidak ketingalan ada yang bercita-cita "yang penting jadi orang pintar" biar seperti direktur "NGO" pencetus perpustakaan tersebut.
Namun dilain hal cukup disayangkan keberadaan perpustakaan sekom ini, meski sudah diketahui oleh pihak desa, namun sepertinya hanya sebatas dorongan do'a saja yang baru diberikan, setidaknya dan seharusnya dengan adanya animo masyarakat yang menerima keberadan perpustakaan ini tentunya desa sangat diuntungkan dengan munculnya generasi yang bisa dibilang sadar pengetahuan.
beberapa hal yang membuat penulis ingin lontarkan adalah, seandainya perpustakaan ini dikelola dengan maksimal dan tentunya lebih banyak lagi dorongan dari berbagai pihak, tentunya sangat membantu memajukan generasi yang lebih baik khususnya generasi didukuh/desa tersebut. Oleh karena itu, mungkin kalau ada instansi, perorangan yang memiliki sebagaian koleksi yang sekiranya kurang begitu dimanfaatkan. mungkin lebih baiknya disumbangkan agar lebih bermakna lagi. begitu juga dengan mahasiswa yang menginginkan untuk magang/sekedar berbagi ilmu, perpustakaan ini juga sangat bagus sekali untuk ajang belajar, karena meski keberadaan perpustakaan ini sangat minim sekali tapi perjuangan nya itulah yang perlu dihargai.

Writed by: Admin

0 comments:

Post a Comment

◄ Newer Post Older Post ►
 

Copyright 2012 Media Perpustakaan Seo Elite by Bro | Blogger Templates