Menko
Kesra Agung Laksono membuka pertemuan yang dihadiri para kepala
perpusatakaan negara anggota. Kepala Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia (Perpunas) Sri Sularsih mengungkapkan, manuskrip adalah salah
satu warisan budaya bangsa berupa karya tulis yang mesti dilestarikan.
Hanya
saja, manuskrip yang dimiliki suatu bangsa kini tidak diketahui
keberadaannya karena dimakan usia, bahkan ada yang berpindah tangan ke
kolektor dan dijual dengan harga mahal ke luar negeri. Seiring dengan
perkembangan zaman, kejayaan warisan budaya lambat laut mulai kehilangan
tempat.
Fenomena tersebut mulai memunculkan kekhawatiran
pemerintah, mengingat kekayaan warisan budaya yang bernilai tinggi
sebagai tatanan kehidupan masyarakat mulai terancam punah. "Melalui
kongres ini mudah-mudahan bisa menemukan gagasan dan pemikiran tentang
bagaimana upaya melestarikan warisan budaya bangsa baik di Indonesia
maupun negara anggota lainnya," ujar Sularsih di Kuta, Bali, Selasa
(29/5/2012).
Perpustakaan sebagai sistem pengelolaan rekaman
gagasan, pemikiran, pengalaman dan pengetahuan umat manusia mempunyai
fungsi utama melestarikan hasil budaya manusia khususnya yang berbentuk
karya cetak dan karya rekaman lainnya.
"Banyak budaya lokal,
folklor, dan literatur lama yang tersimpan. Ini harus diangkat dan
diberdayakan untuk kekayaan bangsa," kata Sularsih menambahkan.
Menurut
Sularsih, perpustakaan dan pustakawan diharapkan berperan aktif dalam
melestarikan warisan budaya tulis dan rekaman lainnya dalam tatanan
kehidupan sehari-hari.
Kongres yang dihadiri 800 peserta ini
akan menampilkan 56 makalah dari 103 makalah yang berhasil dihimpun.
Beberapa narasumber dari berbagai negara di dunia seperti Amerika,
Eropa, Asia bakal mengupas hal-hal yang berkaitan warisan budaya dan
tentang perpustakaan.(rfa)