Asiknya Jadi Pustakawan Terbang

Banyak rasa bangga menjadi seorang pustakawan, kalau jadi pustakawan disekolah dasar (SD) biasanya kerjanya ringan banget, bahkan hitungan kerja hanya saat jam istirahat saja, selebihnya bisa facebookan atau twitteran, atau paling tidak ngegame. Hal seperti ini juga biasa untuk pustakawan tinggat SLTP, namun kalau sudah masuk di perpustakaan tingkat SLTA biasanya jam kerjanya sedikit lebih banyak banyaknya siswa yang mulai benar-benar measakan pentingnya ilmu pengetahuan yang mengharuskan keperpustakaan. 

Berbeda kalau kita masuk pada ranah perguruan tinggi biasanya banyak sekali kegiatan yang harus dikerjakannya, mulai dari kegiatan intern perpustakaan seperti sirkulasi, preservasi dan lainnya, bahkan banyak kegiatan luarnya, misal kerjasama pengadaan seminar, pelatihan dan masih banyak lagi. 

Melihat banyaknya agenda yang harus dilaksanakan, tidak menutup kemungkinan banyak sekali perpustakaan, terutama perpustakaan perguruan tinggi (biasanya yang swasta) yang merasa kerepotan jika tidak mampu memiliki pustakawan yang sesuai bidangnya, sehingga harus berusaha mendidik tenaga yang ada, baik melalui pelatihan perpustakaan, kursus, ataupun seminar perpustakaan.

Melihat kondisi pendidikan di Indonesia, Perguruan Tinggi yang membuka jurusan perpustakaan baik yang D2/D3/S1/S2 Perpustakaan sudah banyak sekali, diantaranya UI Jakarta, UGM, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, UNDIP Semarang,  USU Sumatra Utara, Universitas Terbuka Jakarta dan masih banyak lagi. Dengan banyaknya Perguruan Tinggi yang membuka jurusan tersebut tentunya banyak mencetak SDM yang ada, namun ternyata banyak juga perguruan tinggi yang masih belum memiliki tenaga pustakawan yang sesuai bidangnya. 

Ada beberapa alasan setelah saya berbincang-bincang dengan beberapa pengurus Perguruan tinggi, diantaranya tidak mampu membayar gaji yang standar sesuai jenjang pendidikannya, apalagi tiggkat perguruan tinggi dianjurkan minimal S1 Perpustakaan sehingga memberatkan dalam anggaran gaji.

Permasalahan keuangan memang sangatlah rawan, bahkan sangat membahayakan akademik jika dipaksakan, namun bagaimanapun kondisinya, disini memang seorang pustakawan memang sangatlah dibutuhkkan, apalagi untuk tingkat perguruan tinggi, jadi mau tidak mau harus diadakan. Oleh karena itu, ada yang berpikir praktis, kalau ada dosen terbang, yang mana kalau dilihat dari anggaran lebih miring dari pada dosen tetap, kenapa tidak menyaarankan adanya pustakawan terbang?.

0 comments:

Post a Comment

◄ Newer Post Older Post ►
 

Copyright 2012 Media Perpustakaan Seo Elite by Bro | Blogger Templates